Lingkungan yang paling dekat dengan ikan adalah pakan. Pakan
digolongkan sebagai lingkungan sebelum ia menjadi bagian dari tubuh ikan. Mikroba
pathogen berada di luar tubuh dan jika pun masuk, hanya berada pada bagian
tubuh tertentu. Tapi pakan masuk ke dalam saluran pencernaan, dipecah dan masuk
ke seluruh tubuh ikan. Dengan demikian pakan dapat menjadi teman baik atau
malah musuh yang berbahaya. Sebagai musuh, pakan adalah musuh dalam selimut
yang melemahkan ikan dari dalam. Setelah serangan dari luar terdeteksi seperti
cuaca memburuk atau berkembangnya pathogen, semua cara penyelamatan ternyata sudah
terlambat. Tubuh ikan sudah keropos karena gizi rendah.
Antara yang ideal dan realitas
Ramuan pakan memperhitungkan kebutuhan energi ikan, protein
untuk membentuk jaringan, serta vitamin dan mineral sebagai pengatur kerja
tubuh ikan. Kebutuhan gizi sebagian ikan telah diteliti dengan seksama oleh
para ilmuwan. Namun, yang ideal tidak selalu bisa diwujudkan. Sains nutrisi
ikan tidak selalu mewujud menjadi teknologi pakan ikan. Seringkali pakan di
pasaran tidak selalu tepat memenuhi kebutuhan ikan. Tetapi mengikuti proses
pembuatan pakan yang dikuasai dan pertimbangan ekonomis bisnis budidaya.
Beberapa contoh dapat disebutkan. Pada prakteknya kebutuhan
nutrisi ikan harus berkompromi terhadap teknik pembuatan pakan. Ikan yang tidak
membutuhkan zat pati dalam jumlah tertentu harus tetap mengkonsumsinya saat
memakan pakan apung. Contohnya ikan kerapu. Proses ekstrusi membutuhkan pati
untuk mengikat partikel pakan dan mengapungkannya. Ikan yang membutuhkan lemak
dalam jumlah tinggi terpaksa tidak dapat memperolehnya karena pakan yang
mengandung lemak tinggi mudah tengik. Apalagi asam lemak tak jenuh, tidak dapat
disimpan lama. Pakan untuk komoditas ekonomis rendah selalu mengandung banyak
karbohidrat karena unsur ini adalah yang paling murah. Sedangkan tepung ikan
dan minyak ikan diperuntukkan untuk ikan dengan nilai ekonomis tinggi.
Efisiensi pakan
Sebagian besar pakan ikan diproduksi untuk tujuan
pembesaran. Seringkali pakan ini diarahkan untuk mengejar pertumbuhan. Namun,
menargetkan pertumbuhan ikan menjadi pesat hanya dengan formulasi pakan
bukanlah tujuan yang masuk akal. Pertumbuhan dibatasi oleh genetik. Dan seandainya
para ahli genetik pun berhasil membuat strain ikan dengan pertumbuhan sangat
cepat, ini juga bukan jawaban jika nilai konversi pakan membengkak. Biaya pakan
yang membesar membuat keunggulan ini menjadi kosong belaka. Dengan demikian
tujuan yang tepat adalah menghasilkan pakan dengan konversi pakan yang layak
secara ekonomis (feed conversion ratio perbandingan
antara pakan yang diberikan dengan berat ikan yang diperoleh) dengan kecepatan
pertumbuhan ikan yang normal. Oleh karena itu nilai FCR pakan dan kecepatan
pertumbuhan ikan adalah relatif per komoditas.
Kinerja pakan semakin efisien jika nilai konversi pakan (menjadi
berat ikan) semakin rendah. Nilai
konversi pakan dapat diturunkan dengan memperbaiki 5 hal yakni daya tahan
pakan, daya terima, daya cerna, daya serap dan daya guna. Jadi, sangat tidak
tepat jika strategi menurunkan FCR hanya fokus pada satu hal saja, misalnya
meningkatkan daya cerna dengan memberikan enzim eksogen pada pakan.
Ketahanan pakan di air ditentukan oleh daya rekatnya. Ukuran
partikel penyusun pakan dan komposisi pakan yang paling menentukan. Ketertarikan
ikan untuk mengkonsumsi pakan dapat ditingkatkan dengan atraktan. Kemudian,
pakan yang dikonsumsi akan mudah dicerna jika teksturnya cukup halus, partikel
penyusunnya lembut dan enzim pada saluran pencernaan terangsang dengan baik. Selanjutnya,
pakan akan mudah diserap jika sudah dilumatkan oleh enzim.
Namun terlalu mudah diserap juga sama buruknya dengan sulit
diserap. Pakan dengan kandungan asam amino bebas dan glukosa yang tinggi memang
meningkatkan daya serap namun menurunkan daya guna. Selain akan dimanfaatkan
oleh mikroba usus, nutrisi siap serap ini juga membuat ikan kewalahan untuk
menggunakannya dalam waktu singkat. Akan tetapi, kandungan nutrisi siap serap
dalam jumlah sedikit juga penting untuk memberi rangsangan dan energi awal
untuk persiapan pemanfaatan pakan.
Kesehatan saluran pencernaan
Pakan yang sudah tercerna baik tidak banyak berguna jika
usus ikan luka atau tidak berkembang baik. Lipatan usus harus cukup lebar untuk
menyerap pakan dengan efisien. Selain itu lipatan usus yang berkembang baik
juga menunjukkan kesehatan saluran pencernaan. Saluran pencernaan yang sehat
meningkatkan daya tahan ikan terhadap penyakit. Karena di saluran pencernaan
terdapat jaringan limfoid dalam jumlah besar yang disebut GALT (gut associated limphoid tissue) yang
menunjang sistem kekebalan tubuh sebagai penghalang masuknya pathogen.
Pemberian probiotik (mikroba menguntungkan) dan prebiotik
(makanan mikroba menguntungkan) dalam pakan dapat meningkatkan kesehatan
saluran pencernaan. Bakteri menguntungkan mengkoloni permukaan usus, mencegah
bakteri pathogen menjadi dominan. Asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid, ex: asetat,
butirat, propionat) di pakan akan memberikan energi bagi tumbuhnya epitel usus
dan membantu penyerapan garam-garam mineral.
Saat di usus tidak berfungsi dengan baik atau banyak senyawa
beracun di dalamnya, pemberian adsorben akan membantu mengatasinya. Zeolit dan
serbuk arang aktif dapat mengikat toksin logam berat, dioksin dan aflatoksin
(racun jamur) sehingga tidak masuk ke dalam tubuh. Adsorben juga bermanfaat
untuk menghilangkan bau lumpur senyawa geosmin
dan methyl isoborneol dari alga hijau
biru.
Yang terakhir, nutrisi yang diserap akan menjadi bagian dari
tubuh ikan jika komposisinya seimbang. Dua hal harus diperhatikan yakni jumlah
dan perbandingan. Keduanya sama-sama penting dan tidak layak dipertentangkan.
Nilai energi pakan penting namun kandungan nutrisi esensialnya juga tidak kalah
penting. Seperti halnya kandungan protein pakan penting, perbandingan dan
jumlah asam amino esensialnya juga penting. Kandungan karbohidrat penting, penyusun
karbohidratnya juga sangat menentukan pemanfaatannya. Seperti halnya asam lemak
esensial yang harus lebih diperhatikan selain soal total lemak.