@Ibnu sahidhir
Mencapai target peningkatan hasil budidaya perikanan 353% tahun 2014 terlihat sulit bagi sebagian orang. Alasannya bermacam-macam, mulai dari kebijakan kurang berpihak, terbatasnya pengetahuan dan pengalaman akuakulturis kita, pesaing dari luar negeri, modal minim dan infrastruktur belum lengkap. Namun, jika mau merenung lebih mendalam jawaban yang paling akhir adalah kita kurang termotivasi, benarkah demikian ?
Mencapai target peningkatan hasil budidaya perikanan 353% tahun 2014 terlihat sulit bagi sebagian orang. Alasannya bermacam-macam, mulai dari kebijakan kurang berpihak, terbatasnya pengetahuan dan pengalaman akuakulturis kita, pesaing dari luar negeri, modal minim dan infrastruktur belum lengkap. Namun, jika mau merenung lebih mendalam jawaban yang paling akhir adalah kita kurang termotivasi, benarkah demikian ?
Sesuatu yang dianugerahkan di dalam diri kita yang sulit kita pahamilah yang berperan utama membuat kita menjadi seperti ini. Karena jika dikatakan 'gen' maka gen seperti apa yang telah kita ketahui mengendalikan diri kita. Walaupun ia tidak jelas namun ia nyata.
Sesuatu yang nyata keluar darinya adalah motif dan motivasi yakni tujuan hidup, semangat hidup, keyakinan dan merasa mampu. Motivasi berperan besar dalam menyaring dan menafsirkan pengalaman kita, menggerakkan fisik kita dan bersikap terhadap peristiwa. Walaupun motivasi berakar pada gen namun seringkali ia dipengaruhi kuat oleh pengasuhan, pendidikan dan kejadian-kejadian tak terduga. Banyak pihak telah berusaha supaya pengasuhan dan pendidikan menjadi alat pembentuk motivasi positif untuk menggerakkan masyarakat.
Sudah jelas bahwa tindakan manusia digerakkan oleh motif-motif. Nalar berguna untuk merasionalkan dan mewujudkan motif. Dengan demikian agar akuakulturis bertindak diperlukan motif-motif dengan dasar alasan yang jelas untuk tindakan mereka. Akuakulturis yang sangat termotivasi dijamin lebih giat bertindak dibanding orang yang bermotif sedang saja.
Sebagian besar akuakulturis atau calonnya menjalankan akuakultur karena didorong ekonomi. Oleh karena itu dibutuhkan akuakulturis sukses sebagai pemandu sorak bagi akuakulturis lain. Mereka diperlukan sebagai model contoh, penunjuk jalan, problem solver dan narasumber masalah real akuakultur.
Ciri-ciri mereka adalah selalu menjawab dengan pasti. Pasti untung, pasti sukses, pasti selamat jika ikut saya. Arah penjelasan mereka adalah praktek. Yang penting prakteknya, buktinya. Sebenar apa pun teori Anda itu tak senyata hasil praktek Saya, jadi percayalah pada Saya.
Contoh 1: A Seng Medan motivator kerapu
Kesuksesannya sebagai akuakulturis kerapu (yang dibuktikan dengan rumah, mobil banyak, sering bepergian ke luar negeri, dan beranak buah bejibun) dianggap sudah cukup untuk menjadikan dirinya orang yang punya otoritas untuk mengatakan apapun berkaitan dengan praktek budidaya kerapu. Frase meyakinkan yang sering dan perlu diucapkan adalah: saya percaya, anugerah Tuhan, saya yakin, berawal dari kemelaratan berakhir kesuksesan, anda juga bisa sukses, tak ada lagi orang miskin, kita harus bersatu.
Contoh 2: Letkol Nasrudin motivator lele
Secara ajaib lele telah mengorbitkan dirinya di sekeliling selebritis akuakultur lain. Letkol telah berhasil memelihara lele dengan suatu teknik khusus dan ramuan rahasia. Dirinya telah diundang sebagai pembicara di 32 propinsi dan luar negeri, berkenalan dengan pejabat-pejabat penting. Modal ini dibumbui dengan kelakarnya yang segar dan logat sundanya yang kentara membuat dia disukai kalangan leleist. Slogannya adalah: Kalau ga sukses ga perlu kenal saya lagi, dari kolam lele jadi kolam susu, dari letkol (letnan kolam) jadi jenkol (jenderal kolam).
Mereka mampu membangkitkan emosi peserta, mengubah rasa ragunya menjadi yakin dan dunia sempitnya menjadi berbunga. Mereka mengubah petambak miskin bermasa depan suram menjadi sangat berpengharapan. Mereka yang hadir diacaranya langsung berkeinginan untuk membuka kolam. Mata hadirin menjadi melotot dan otot-otot mereka menegang. Dengan demikian 353% bukan hal sulit lagi, paling tidak dalam angan-angan.