@Ibnu Sahidhir
Untuk mendapatkan data yang komprehensif tentang tambak pesisir wilayah barat dan timur yang berpotensi air tawar maka dilakukan beberapa kegiatan analisis data sekunder dan primer seperti :
Untuk mendapatkan data yang komprehensif tentang tambak pesisir wilayah barat dan timur yang berpotensi air tawar maka dilakukan beberapa kegiatan analisis data sekunder dan primer seperti :
Tahap pengumpulan dan Analisis Data dalam Penentuan Lokasi :
1. Penggunaan Google Map (data Sekunder)
Google map digunakan sebagai bahan acuan mengenai gambaran umum lokasi yang memiliki potensi untuk dijadikan wilayah pengembangan budidaya perikanan air tawar dan wilayah yang memiliki alur muara yang dapat digunakan sebagai lokasi budidaya tiram.
2. Penggunaan peta wilayah daerah (data Sekunder)
Penentuan lokasi dilakukan menggunakan peta wilayah yang diperoleh dari SIM Centre Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan peta ini, diperoleh detail informasi lokasi daerah yang terkena bencana tsunami dan memiliki potensi dijadikan wilayah pengembangan budidaya perikanan air tawar dan tiram. Berdasarkan peta ini juga, ditentukan 8 lokasi survey antara lain 5 kabupaten (Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen dan Aceh Utara) dan di 2 kota (Banda Aceh, Lhokseumawe). Setelah itu, dibuat garis demarkasi dari areal tersebut diatas pada peta yang sudah tersedia
3. Penggunaan Citra satelit (data Sekunder)
Citra satelit digunakan dalam penentuan titik pengambilan sample, penentuan ketersediaan sumber air tawar, aktifitas penduduk, akses jalan dan luas wilayah.
4. Penentuan Lokasi Berdasarkan Data Pasut dari Bakorsutranal (Data Sekunder)
Survey pendahuluan merupakan aktifitas untuk memperoleh gambaran umum kondisi di lapangan (lokasi survey). Pada aktifitas ini dilakukan penentuan titik pengambilan sample menggunakan Global Positioning System (GPS), pengukuran gambaran umum kualitas air (pengukuran salinitas dan suhu), penentuan lokasi Balai Benih Ikan atau Hatchery sebagai fasilitas pendukung kawasan budidaya perikanan serta mengetahui kondisi sosial cultural masyarakat.
5. Pra Detail Survey (Data Primer)
Setelah dilakukan survey pendahuluan, maka diperoleh data detail lokasi. Berdasarkan data ini, maka ditentukan 14 Desa sebagai lokasi pengambilan sample yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Lokasi Pengambilan Sampel Hasil Pra Survey
No
|
Kabupaten
|
Kecamatan
|
Desa
|
1
|
Aceh Utara
|
Baktiya
|
Matang Cut
|
Baktiya Barat
|
Sampoiniet
| ||
Lapang
|
Gelanggang Baru
| ||
2
|
Bireun
|
Ganda Pura
|
Mon Jambe
|
3
|
Pidie Jaya
|
Meura Dua
|
Buangan
|
4
|
Pidie
|
Batee
|
Pulo Bube
|
5
|
Aceh Besar
|
Syiah Kuala
|
Alue Naga
|
Jaya
|
Gampong Pasi
| ||
6
|
Aceh Barat
|
Meureubo
|
Pasi Pinang
|
Sama Tiga
|
Lhok Bubon
| ||
7
|
Aceh Jaya
|
Krueng Sabee
|
Kabong
|
Sampoinet
|
Blang Mon Long
| ||
Jaya
|
Krueng Kareung Ateuh
| ||
Jambo Masi
|
Pengambilan dan Analisis Sampel (Data Primer)
1. Melakukan survey di areal kawasan pantai yang terkena dampak tsunami di tiap kabupaten dan pemerintahan kota :
a. Mengidentifikasi ketersediaan sumber air tawar di areal-areal tersebut;
b. Mengidentifikasi desa-desa dan juga total hektar luasan lahan yang cocok untuk budidaya air tawar dan tiram.
c. Mengidentifikasi desa di kawasan pantai yang sudah melakukan budidaya air tawar dan tiram, total hektar dari kawasan budidaya tersebut atau jumlah dari keramba yang digunakan untuk budidaya dan jenis spesies ikan yang dibudidayakan. Menganalisa teknik budidaya yang digunakan, analisa ekonomi dan rantai supply (termasuk juga asal benih, input yang diberikan dan pasar).
2. Membuat garis demarkasi dari areal tersebut di atas pada peta yang sudah tersedia (BRR SIM centre) dengan menggunakan teknologi GIS;
3. Menganalisa parameter-parameter kualitas air di daerah yang dijadikan target yang berpotensi memiliki sumber air. Parameter-parameter air yang di periksa meliputi: pH, Salinitas, Hardness, alkalinitas, turbidity dan coliforms (microbiological tes);
4. Menganalisa pH dan potensial redox tanah di daerah yang telah diidentifikasi sebagai daerah air tawar;
5. Menganalisa sampel air tawar yang kemungkinan merupakan parameter kunci yang akan digunakan untuk kegiatan budidaya dan untuk kandungan logam berat (dapat dipilih dari As, Hg, Cd, Ni, Zn, Cr, Pb dan Cu yang kemungkinan tergantung dari resiko yang ada), dan untuk Fe dan residu pestisida;
6. Menganalisa sampel tanah dan udang atau ikan bandeng yang sudah diseleksi terlebih dahulu untuk pemeriksaan kandungan pestisida;
7. Mengidentifikasi spesies ikan bersirip dan Kerang-kerangan yang sesuai dengan karakteristik dan kecocokan dari tiap lahan (zona);
8. Mengidentifikasi hatchery-hatchery ikan air tawar yang ada di Aceh. Menganalisa system produksi yang digunakan termasuk juga kualitas benih dan kapasitas produksi;
9. Menganalisa kebutuhan dan peluang untuk meningkatkan sistem produksi benih yang dihasilkan dari hatchery dan kolam-kolam pembesaran;
10. Mengidentifikasi hatchery yang bisa memproduksi benih ikan/ kerang-kerangan dalam waktu dekat;
11. Tergantung dari kebutuhan dan kelayakan, membuat daftar kebutuhan yang diperlukan untuk mempromosikan budidaya air tawar di kawasan pantai yang terkena dampak tsunami;
12. Membuat rencana pelatihan untuk pembudidaya dan operator hatchery;
13. Membuat daftar kebutuhan untuk melaksanakan pelatihan diatas.
15. Mengidentifikasi jumlah wanita dan rumah tangga di tiap desa yang terlibat dalam kegiatan ini.
Metode Analisis Kualitas Lingkungan
Metode-metode yang digunakan dalam pemeriksaan sampel disajikan dalam Tabel 2 berikut :
Tabel 2 : Metode Analisis Sample
PARAMETER
|
ALAT
|
METODE Sampling/ Analisis
|
REFERENSI
|
A. Fisika :
1. Kecerahan
2. Suhu dan DO
3. pH
4. Salinitas
|
Secchi disk
DO Meter
pH Meter
Refraktometer
|
Insitu
Insitu
Insitu
Insitu
|
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
|
B. Kimia :
1. Amoniak (NH4)
2. Nitrit (NO2-N)
3. Phospat (PO4)
|
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
|
fiksasi
fiksasi
fiksasi
|
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
|
C. Biologi :
1. Plankton
|
Spektrofotometer
|
Shanoun
|
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
|
E. Mikrobiologi :
1. Coliform
|
-
|
Most Probable Number
|
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
|
C. Logam dan logam Berat
1. Fe (Besi)
2. Tembaga (Cu)
3. Timbal (Pb)
|
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
|
Spektrum
Spektrum
Spektrum
|
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
Kumpulan SNI Bidang Lingkungan (2006)
|
F. Kualitas Tanah
|
Biuret Ageir
|
Insitu
|
SOP ACIAR (2007) tentang Pengujian Kualitas Tanah
|
G. Pestisida :
1. Organoklorin
2. Organiphospat
|
-
-
|
Ekstraksi
|
SHENCK et al. 1996,
CASANOVA, J.A 1996
HYDE, W., et al. 1977
|
H. Pasang Surut
|
Water level
|
insitu
|
Bakorsutranal/Polairut
|
Metode Analisis Data
1. Penentuan Tingkat kisaran Kepentingan (bobot) dan baku mutu
Penentuan pembobotan sangat erat dengan baku mutu tiap komoditas yang dikaitkan dengan hasil detail survey dan beberapa referensi teknis yang dijadikan sebagai pertimbangan teknis. Pembobotan dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan secara teknis tiap lokasi yang akan dijadikan sebagai kandidat. Scoring dilakukan dengan beberapa kriteria yaitu: Parameter kualitas air, parameter kualitas tanah, Pestisida, logam berat dan faktor obyektif dan subyektif.
2. Intepretasi Citra GIS
Penginderaan jarak jauh dan GIS (Geographic Information System) merupakan alat atau Tool yang dapat membantu berbagai pekerjaan dan kehidupan manusia yang berhubungan dengan keruangan. GIS adalah perangkat alat berbasis komputer untuk pemetaan dan analisa sesuatu yang ada dan yang terjadi di bumi. Sistem Informasi Geografi juga dapat dijelaskan sebagai sistem yang memberikan empat macam kemampuan penanganan data yang bereferensi koordinat bumi yaitu: masukan data, pengelolaan data (penyimpanan dan pemanggilan), manipulasi dan analisis, serta keluaran data.
3. Penentuan nilai Potensi lahan
Berdasarkan penentuan nilai Potensi lahan maka terlebih dahulu harus menentukan jenis komoditas yang akan dijadikan sebagai biota budidaya berdasarkan potensi yang dimiliki. Nilai potensi lahan akan dituangkan dalam bentuk point hasil scoring sesuai lokasi dan berdasarkan komoditas yang layak untuk dikembangkan.
Scoring lebih diarahkan untk mengetahui perbedaan tiap lokasi dengan karakterisrik lahan yang dimiliki. Lahan yang memenuhi standar akan di peringkat (rangking).
4. Penentuan rekomendasi.
Penentuan lokasi untuk direkomendasikan sebagai lahan budidaya komoditas air tawar dan potensi budidaya tiram dapat dilakukan dengan cara scoring (pembobotan). Pembobotan dilakukan untuk menilai tingkat kelayakan lahan yang dinilai berdasarkan parameter kualitas air, tanah, logam berat, Pestisida, sumber air dan penilaian obyektifitas dari aktivitas yang dilakukan oleh kaum ibu (budidaya Tiram). Pembobotan angka tertinggi untuk berbagai komoditas tidak terlepas dari hasil detail survey dan faktor obyektif.
Hasil scoring tiap lokasi memberikan gambaran teknis aktivitas budidaya yang dapat dilakukan oleh para petani berdasarkan toleransi dari masing – masing komoditas yang akan dipelihara. Keterkaitan parameter dan pembobotan scoring mempunyai keterkaitan yang erat.
Rekomendasi budidaya komoditas air tawar pada tambak air payau dan budidaya tiram untuk kaum wanita di Aceh akan menjadi acuan dalam sebuah implementasi yang didalamnya terdapat analisis agroinput yang dibutuhkan dan target training yang cocok dilakukan pada tiap daerah rekomendasi.
5. Ketersediaan Balai Benih
Balai benih merupakan salah satu faktor pendukung budidaya perikanan dikawasan pesisir, sebab ketersediaan benih yang dihasilkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalalm menyuplai benih kemasyarakat petambak. Sehingga ketergantungan benih di Aceh tidak lagi didatangkan dari luar Aceh.