@Ibnu Sahidhir
Efisiensi pemanfaatan wadah di tempat pembenihan dan biosekuriti pada pembenihan nila dapat diperbaiki dengan menyeragamkan siklus kawin (penyeragaman menghasilkan keseragaman benih). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan persentase induk yang memijah dalam waktu dekat yang diindikasikan dengan meningkatnya jumlah benih per periode yang ditentukan. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan A yakni induk jantan dan betina dipelihara dalam satu bak dipisahkan oleh jaring kemudian salinitas dinaikkan dari 0 ppt ke 35 ppt selama 1 minggu, dipelihara pada 35 ppt selama 1 minggu dan diturunkan kembali ke 0 ppt 1 minggu berikutnya. Perlakuan B yakni induk jantan dan betina dicampur dalam satu bak. Induk jantan memiliki berat berkisar 350-500 gr, induk betina 240-400 gr. Induk dipelihara dalam bak berisi air 10 ton sebanyak 75 ekor (jantan 25, betina 50). Percobaan dilakukan selama 35 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan A sekitar 30% induk betina memijah di minggu ke-4. Sedangkan pada perlakuan B, persentase kawin paling besar hanya mencapai 14% pada minggu ke 3 dan 4. Hasil ini menunjukkan bahwa manipulasi salinitas dan partisi induk mengarah pada keseragaman siklus kawin induk.
Efisiensi pemanfaatan wadah di tempat pembenihan dan biosekuriti pada pembenihan nila dapat diperbaiki dengan menyeragamkan siklus kawin (penyeragaman menghasilkan keseragaman benih). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan persentase induk yang memijah dalam waktu dekat yang diindikasikan dengan meningkatnya jumlah benih per periode yang ditentukan. Percobaan ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan A yakni induk jantan dan betina dipelihara dalam satu bak dipisahkan oleh jaring kemudian salinitas dinaikkan dari 0 ppt ke 35 ppt selama 1 minggu, dipelihara pada 35 ppt selama 1 minggu dan diturunkan kembali ke 0 ppt 1 minggu berikutnya. Perlakuan B yakni induk jantan dan betina dicampur dalam satu bak. Induk jantan memiliki berat berkisar 350-500 gr, induk betina 240-400 gr. Induk dipelihara dalam bak berisi air 10 ton sebanyak 75 ekor (jantan 25, betina 50). Percobaan dilakukan selama 35 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan A sekitar 30% induk betina memijah di minggu ke-4. Sedangkan pada perlakuan B, persentase kawin paling besar hanya mencapai 14% pada minggu ke 3 dan 4. Hasil ini menunjukkan bahwa manipulasi salinitas dan partisi induk mengarah pada keseragaman siklus kawin induk.
Kata-kata kunci: tilapia, partisi induk, manipulasi salinitas, keseragaman siklus kawin
Ibnu Sahidhir
Broodstock Partition and Salinity Manipulation Methods to Uniform Tilapia
Mating Cycles
Efficiency of hatchery tank utility biosecurity on Tilapia propagation could be improved by uniform mating cycles (uniform seeds size). This research aimed to increase broodstock spawning in a period indicated by increasing fries. This experiment used complete randomized design with 2 treatment and 3 repetition. Treatment A is male and female placed in a tank separated by net, then salinity increased from 0-35 ppt, reared in 35 ppt in a week, and decreased 35-0 ppt in a week. Treatment B is male and female mixed in a tank. Male broodstocks weighed 350-500 gr, female 240-400 gr. Broodstock reared in 10 tonnes tanks as much as 75 individuals per tanks (male 25 ind, female 50 ind). Experiment conducted in 35 days. The result showed that treatment A reached almost 30% female mated in week 4th , but in treatment B only reached 14%. This result showed that salinity manipulation and broodstock partition moved toward uniformity of broodstock mating cycles.
Keywords: tilapia, broodstock partition, salinity manipulation, mating cycles uniformity
1. Pendahuluan
Prinsip all in all out dalam penerapan biosecurity merupakan hambatan jika diterapkan pada pembenihan dengan jumlah induk terbatas dengan waktu pemijahan bertahap dan hasil benih setiap kali memijah sedikit. Perbedaan siklus kawin menyebabkan bertumpuknya pemeliharaan benih untuk angkatan yang berbeda.
Ikan Nila Merah menunda masa reproduksinya pada kondisi salinitas >30 ppt (. Penurunan salinitas secara bertahap mengembalikan kemampuan reproduksinya dan menyeragamkan waktu pematangan gonad sehingga dihasilkan keseragaman waktu kawin.
Tujuan perekayasaan ini adalah untuk mendapatkan benih nila dalam jumlah relatif banyak dalam satu periode waktu. Sedangkan sasarannya adalah untuk mendapatkan persentase memijah 50% induk betina dalam rentang waktu 1 minggu. Hasil perekayasaan ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan benih nila yang seragam.
2. Metode
Perekayasaan ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan A adalah memijahkan nila dengan cara memisahkan induk jantan dan betina dengan partisi jaring kemudian melakukan manipulasi salinitas selama tiga minggu yakni menaikkan salinitas pada minggu I, memelihara pada salinitas laut minggu ke II dan menurunkan salinitas pada minggu III. Perlakuan B adalah memijahkan ikan nila pada salinitas tawar. Perbandingan jantan betina yang digunakan adalah 1:2, dengan ukuran berat jantan rata-rata 400 gr dan betina 250 gr. Setiap hari dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku pemijahan induk dan dihitung berapa induk yang telah memijah. Pakan diberikan sekenyangnya 3 kali/hari dan ditambahkan vitamin pada pakan dengan cara disemprotkan.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa partisi induk meniadakan pemijahan pada waktu menaikkan dan menurunkan salinitas. Manipulasi salinitas meniadakan produksi benih pada minggu ke-1 dan ke-2. Kemudian, pemijahan dimulai pada minggu ke-3 (4% jumlah betina) memuncak pada minggu ke-4 (31% jumlah betina) dan menurun pada minggu ke-5 (3% jumlah betina). Sedangkan pemijahan nila pada kondisi normal (air tawar) sudah dimulai pada minggu pertama (3% jumlah betina), kemudian hampir stabil pada minggu ke-3 s/d minggu ke-5 (berturut-turut 10%, 14%, 14%, 12% dari jumlah betina). Secara umum dengan metode manipulasi salinitas ada penurunan produktifitas induk nila (p<0,05) dalam menghasilkan benih sebesar 26% (dari 53% ke 38%). Persentase kawin induk nila dengan manipulasi salinitas maupun tidak dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Persentase Kawin Induk Nila Betina pada kondisi air normal (tawar dan manipulasi salinitas)
Manipulasi salinitas
| ||||||
Ulangan
|
Minggu
ke-1
|
Minggu ke-2
|
Minggu ke-3
|
Minggu ke-4
|
Minggu ke-5
|
Total Kawin (%)
|
1
|
0%
|
0%
|
4%
|
30%
|
2%
|
36%
|
2
|
0%
|
0%
|
4%
|
34%
|
6%
|
44%
|
3
|
0%
|
0%
|
4%
|
28%
|
2%
|
34%
|
Rerata
|
0%
|
0%
|
4%
|
31%
|
3%
|
38%
|
Normal (Tawar)
| ||||||
Ulangan
|
Minggu ke-1
|
Minggu ke-2
|
Minggu ke-3
|
Minggu ke-4
|
Minggu ke-5
|
Total Kawin (%)
|
1
|
2%
|
10%
|
16%
|
16%
|
10%
|
54%
|
2
|
4%
|
12%
|
12%
|
12%
|
12%
|
52%
|
3
|
2%
|
8%
|
14%
|
14%
|
14%
|
52%
|
Rerata
|
3%
|
10%
|
14%
|
14%
|
12%
|
53%
|
Ttest (signf. 95%)
|
0.008
|
0.000
|
0.000
|
0.001
|
0.004
|
0.005
|
Walaupun terlihat ada penurunan produktifitas dengan manipulasi salinitas, akan tetapi hasilnya menunjukkan ada pemusatan kawin pada minggu ke-4 yakni sekitar 31%. Ini berarti pada minggu ke-4 persentase ikan nila betina memijah adalah 82% (dari total 38%) untuk seluruh induk yang memijah dari rentang waktu pemijahan 5 minggu. Sedangkan pada perlakuan normal, perbedaan jumlah nila yang memijah dalam selang satu minggu tidak terlalu berbeda jauh. Grafik 1. menunjukkan perbedaan kurva yang signifikan diantara kedua perlakuan.
Grafik 1. Persentase kawin induk nila betina pada kondisi normal dan manipulasi salinitas dalam selang waktu 5 minggu.
Partisi induk tidak menghambat usaha percumbuan induk nila tetapi mampu secara efektif mencegah pemijahannya. Sebagian besar induk nila berkumpul di tepi jaring. Induk jantan berusaha membuat sarang di sekitar jaring pemisah. Terlihat ada usaha induk jantan untuk menerobos jaring pemisah seperti menabrakkan tubuhnya ke arah jaring..
Kehidupan ikan nila pada kondisi hipertonik membutuhkan energi lebih besar untuk mencapai menyeimbangkan osmotik dalam tubuh dan lingkungannya. Ketika memasuki perairan dengan salinitas lebih tinggi, ikan nila menambah jumlah sel chloride pada insangnya, memperbaiki struktur usus dan ginjal sehingga mampu mengakomodasi perubahan salinitas (Sharaf et al, 2004, Guner et al, 2005). Kekurangan energi ini menyebabkan ikan nila menghambat pematangan sel sperma dan sel telur. Ketika salinitas turun ke kondisi semula maka pematangan gonad akan kembali berlangsung dengan kecepatan yang hampir sama antar individu ikan nila dengan umur dan ukuran tubuh yang sama. Pada akhirnya akan terlihat bahwa sebagian besar (82%) ikan nila memijah dalam waktu yang hampir bersamaan. Akan tetapi, ketidakstabilan kondisi eksternal yang mengarah pada ketidakstabilan internal menyebabkan ikan nila menurunkan produktivitasnya sebesar 26%.
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
- Partisi induk dan manipulasi salinitas memperbesar keseragaman kawin ikan nila (82% dari keseluruhan pemijahan)
- Manipulasi salinitas menurunkan produktifitas induk nila sebesar 26%.
Saran
- Perlunya pengkajian terhadap kualitas dan kuantitas benih nila hasil manipulasi salinitas.
- Perlunya pengkajian terhadap peningkatan jumlah pakan terhadap produktifitas induk pada manipulasi salinitas.
Referensi
El-Sayed, F.A. 2006. Tilapia Culture in Salt Water: Environmental Requirements, nutritional implications and Economic Potencials. in Simposium Internacional de Nutricion VIII 15 – 17 November. Acuicola, Meksiko.
Fineman-Kalio, A.S. 1988. Preliminary Observations on the Effect of Salinity on the Reproduction and Growth of Freshwater Nile Tilapia, Oreochromis niloticus (L.), Cultured in Brackishwater Ponds. Aquaculture and Fisheries Management 19, 313-320.
Guner, Y, Osman, O.,Cagirgan, H., Altunok, M., Kizak, V. 2005. Effects of Salinity on the Osmoregulatory Functions of the Gills in Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Turk Journal of Veterinary and Animal Sciences 29 (2005) 1259-1266.
Pang, K. C. 2005. Production of Marine Tilapia Hybrid for Culture in a Coastal Fish Farm. Singapore J. Pri. Ind. 32, 93 – 105 .
Perschbacher, W. P., 1992. A Review of Seawater Acclimation Procedures for Commercially Important Euryhaline Tilapias. Asian Fisheries Science. 5, 241 – 248.
Sharaf, M.M., Sharaf , S.M., and El Marakby, H.I. 2004. The Effect of Acclimatization of Freshwater Red Hybrid Tilapia in Marine Water. Pakistan Journal of Biological Sciences 7 (4): 628-632, 2004.
Watanabe, W.O., and Kuo, C-M. 1985. Observations on the reproductive performance of Nile tilapia ( Oreochromis niloticus) in laboratory aquaria at various salinities. Aquaculture. 49, 315-323.
Watanabe, W.O., Kuo, C-M., and Huang, M-C. 1985. The Ontogeny of Salinity Tolerance in the Tilapias Oreochromis aureus, O. Niloticus and O. Mossambicus x O. Niloticus Hybrids, Spawned and Reared in Freshwater. Aquaculture. 47, 353-367.
Watanabe, W.O., Ellingson, L.J., Wicklund, R.I., and Olla, B.L. 1988. The Effects of Salinity on Growth, Food Consumption and Conversion in Juvenile, Monosex Male Florida Red Tilapia. In: Pullin, R.S.V., Bhukaswan, T., Tonguthai, K., and Maclean, J.L. (eds) Proceedings of the Second International Symposium on Tilapia Aquaculture. ICLARM Conference Proceedings No.15, Department of Fisheries, Thailand, and ICLARM, Manila, Philippines. 515-523 pp.
Watanabe, W.O., W.D. Head, B.L. Olla and R.I. Wicklund. 1989. Aquaculture of Red Tilapia (Oreochromis sp.) in Marine Environments: State and the Art. Aquacop Ifremer Actes de Collogue. 487-498 pp.
Watanabe, W.O., D.H. Ernst, B.L. Olla and R.I. Wicklund, 1997. Saltwater Culture of The Florida and Other Saline Tolerant Tilapias. Tilapia Aquaculture in the Americas. American Aquaculture Society. 55–141 pp.