@Ibnu Sahidhir
Pembenihan ikan nila di bak lebih dapat dikontrol dari sisi kualitas air (suhu, DO, pH, kotoran), kualitas benih, dan treatment penyakit. Pengamatan terhadap induk di bak terkontrol lebih mudah dibandingkan di kolam luas. Endapan kotoran dapat disipon dengan mudah dan pergantian air tidak memerlukan waktu lama (penting terutama ketika terjangkit penyakit). Jumlah telur/larva dapat diukur langsung dari induk yang mengeram, sehingga dapat diketahui produktifitas induk dan kualitas telur (daya tetas dan diameter telur). Satu kerugian pembenihan di bak yakni induk dan benih tidak memperoleh pakan alami sebagaimana di kolam, sehingga kebutuhan nutrisi harus dipenuhi seluruhnya dari pakan buatan. Pembenihan ikan nila di bak terkontrol memerlukan 3 jenis bak yakni bak pematangan induk, bak pemijahan, dan bak pemeliharaan larva. Induk betina dipelihara secara terpisah dari induk jantan kemudian setelah matang gonad keduanya dicampur. Induk betina dikembalikan ke bak pematangan setelah pengambilan telur/larva untuk dipijahkan 3 minggu berikutnya. Telur ditetaskan dalam corong penetasan dan setelah menetas langsung jatuh di bak pemeliharaan larva.
Pembenihan ikan nila di bak lebih dapat dikontrol dari sisi kualitas air (suhu, DO, pH, kotoran), kualitas benih, dan treatment penyakit. Pengamatan terhadap induk di bak terkontrol lebih mudah dibandingkan di kolam luas. Endapan kotoran dapat disipon dengan mudah dan pergantian air tidak memerlukan waktu lama (penting terutama ketika terjangkit penyakit). Jumlah telur/larva dapat diukur langsung dari induk yang mengeram, sehingga dapat diketahui produktifitas induk dan kualitas telur (daya tetas dan diameter telur). Satu kerugian pembenihan di bak yakni induk dan benih tidak memperoleh pakan alami sebagaimana di kolam, sehingga kebutuhan nutrisi harus dipenuhi seluruhnya dari pakan buatan. Pembenihan ikan nila di bak terkontrol memerlukan 3 jenis bak yakni bak pematangan induk, bak pemijahan, dan bak pemeliharaan larva. Induk betina dipelihara secara terpisah dari induk jantan kemudian setelah matang gonad keduanya dicampur. Induk betina dikembalikan ke bak pematangan setelah pengambilan telur/larva untuk dipijahkan 3 minggu berikutnya. Telur ditetaskan dalam corong penetasan dan setelah menetas langsung jatuh di bak pemeliharaan larva.
Skema bak pembenihan ikan nila di bak terkontrol dapat dilihat pada lampiran 1. Rutinitas ini dapat disimpulkan pada jadwal kegiatan sehari-hari di hatchery pembenihan nila di bak (lampiran 2). Pembenihan ikan nila di bak secara ekonomis layak dilakukan seperti terlihat pada lampiran 5.
Pada umumnya, pembenihan ikan nila di Indonesia dilakukan di kolam. Proses pembenihannya cukup sederhana. Induk ikan nila dengan perbandingan jantan/betina 1:3 di tebar di kolam dengan padat tebar rendah, ditunggu 6-10 hari untuk menghasilkan benih. Benih kemudian di kumpulkan dengan serok di tepian kolam untuk dipelihara di kolam khusus pemeliharaan benih. Cara lain, induk dapat diambil dari kolam pemijahan sehingga yang tertinggal hanya benih. Benih dipanen sebagian dengan jaring atau panen total dengan menurunkan air dan memanen benih di kobakan (bagian kolam yang rendah untuk panen).
Proses pemijahan massal ini disukai petani karena sederhana, murah dan hanya membutuhkan keterampilan umum, benih langsung memanfaatkan pakan alami yang berada di kolam. Namun, cara pembenihan semacam ini menyulitkan pembenih untuk mengukur produktifitas induk. Tambahan pula, kualitas air kolam pembenihan cukup fluktuatif. Selain itu jika induk dan benih terkena penyakit, perlakuan pengobatannya juga lebih sulit.
Pematangan Gonad Induk Ikan Nila
Pematangan gonad bertujuan untuk mempercepat kesiapan induk untuk memijah kembali. Sasaran akhir dari pematangan gonad induk betina yakni induk dapat dipijahkan kembali setelah 3 minggu proses pematangan. Hal pertama yang dilakukan dalam pematangan induk adalah menyeleksi dan menimbang bobot induk jantan dan betina. Induk jantan/betina yang dipilih harus memenuhi kriteria; satu macam warna, tidak cacat bawaan, relatif tahan penyakit, pertumbuhan dan efisiensi pakan bagus, fekunditas tinggi (jumlah telur/gr), perbandingan panjang/lebar/tebal proporsional (3/1/0,5).
Induk jantan dan betina dapat dibedakan dengan mudah dengan melihat lubang-lubang pengeluaran di sekitar anus. Di sekitar anus, Induk jantan memiliki 2 lubang yakni lubang depan sebagai alat keluar sperma dan kencing sedangkan lubang kedua berfungsi untuk keluar kotoran. Induk betina memiliki 3 lubang yakni lubang pertama untuk keluar kencing, lubang kedua untuk keluar telur dan lubang ketiga untuk keluar kotoran.
Langkah kedua yaitu menebar induk jantan dan betina secara terpisah pada bak pematangan. Bak Pematangan yang digunakan seluas 20 m2, kedalaman air 50 cm, dan pergantian air 30%/hari. Kepadatan maksimal untuk pematangan induk yakni 10 ekor/m2.
Pakan yang diberikan untuk pematangan mengandung protein kasar 25%-35% dan Vitamin C, E. Vitamin dapat dicampur dengan pakan secara langsung atau dengan perlekatan tepung kanji. Dosis pemberian pakan sebanyak 1-3% dari biomass ikan/hari. Frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari (pagi,siang dan sore). Lama pematangan gonad 21 hari.
Pemijahan Ikan Nila
Pemijahan bertujuan untuk mempertemukan jantan dan betina matang gonad sehingga terjadi fertilisasi telur induk betina oleh sperma induk jantan. Induk akan memijah setelah 2-4 hari dari penebaran. Induk nila yang akan dipijahkan adalah induk yang telah matang gonad. Seleksi induk betina dan jantan matang gonad yakni dengan mengamati keadaan genital pavila. Genital pavila betina yang matang gonad berwarna merah, posisinya tegak terhadap bagian ventral, dan bila di stripping mengeluarkan telur berwarna kuning tua, sedangkan induk jantan mengeluarkan sperma berwarna putih susu.
Induk ditebar ke dalam bak pemijahan dengan perbandingan jantan/betina 1:4 dengan kepadatan maksimal 10 ekor/m2. Induk yang lapar dapat diberi pakan sekenyangnya. Pada proses pemijahan induk biasanya hanya makan sedikit yakni sebanyak 1-2 % dari bobot biomas/hari. Pengamatan tingkah laku mengerami telur pada induk betina dapat dilakukan mulai hari ke 3 setelah pencampuran induk.
Pemanenan Telur dan Larva Ikan Nila
Pemanenan telur dan larva bertujuan untuk mendapatkan telur dan larva hasil pemijahan induk nila. Pengambilan telur dan larva hasil pemijahan akan diperoleh telur/larva sebanyak 1-12 butir telur/larva per gr induk. Proses panen telur/larva yang masih dierami induk betina memerlukan peralatan seperti serok kasar (MS 1 inch), serok lembut (MS 1 mm) dan waskom plastik.
Air di bak pemijahan diturunkan sampai kedalaman 10 cm. Induk betina pengeram memiliki ciri mulut membesar dan tertutup. Induk betina yang mengerami telur atau larva diambil dengan serok kasar pada lapisan pertama dan serok lembut pada lapisan kedua. Telur/larva diambil dari mulut induk betina dengan mengocok mulut betina dalam air di waskom. Telur/larva hasil pengocokan dihitung kemudian dibersihkan dari kotoran, telur tak dibuahi dan larva mati/lemah. Hasil dicatat dalam catatan harian fekunditas relatif dan daya tetas (Lampiran 4). Telur ditempatkan dalam corong penetasan (conical incubator) dengan kepadatan 500 butir telur/L. Larva ditempatkan dalam akuarium dengan kepadatan 100 ekor/L. Induk betina yang telah diambil telur/larva tersebut diukur panjang beratnya lalu dipindahkan ke dalam wadah pematangan induk.
Pemeliharaan Larva Ikan Nila
Pemeliharaan larva bertujuan untuk merawat larva sampai dengan ukuran cukup besar untuk dibesarkan di kolam atau untuk tahap pendederan berikutnya. Hasil akhir pemeliharaan larva yakni diperoleh benih nila berukuran panjang 3-5 cm, berat 1-2 gr dan kelulushidupan >95% dalam waktu 30 hari (dicatat dalam lampiran 4). Hasil pembenihan nila diharapkan memenuhi ketentuan standar nasional Indonesia (lampiran 3). Bak pemeliharaan larva dilengkapi dengan pipa goyang dan pipa outlet yang dibungkus dengan hapa meshsize 1 mm. Bak pemeliharaan larva diisi air dengan ketinggian 10 cm. Larva yang telah habis kuning telur diambil dari akuarium dengan serok halus mesh size 1 mm lalu ditempatkan dalam bak pemeliharaan larva. Larva ditebar dengan kepadatan maksimal 5 ekor/L.
Pakan yang diberikan berupa pakan benih nila kadar protein 35%-50% yang telah diblender sebanyak 20%-50% berat tubuh atau diberikan berlebih (ad libitum). Pakan diberikan pada pagi, siang dan sore hari. Pada awal minggu ke-2 dilakukan penambahan ketinggian air 3 cm/hari. Setelah air mencapai ketinggian 40 cm dilakukan pergantian air sebanyak 30%/hari. Kualitas benih dan air dimonitor sesuai dengan lampiran 4.
Pemanenan dan Pengepakan Benih Ikan Nila
Pemanenan benih bertujuan mengumpulkan benih untuk dijual atau didederkan lebih lanjut. Pemanenan benih nila diusahakan kematian karena penanganan panen kurang dari 1%. Peralatan panen yang perlu disiapkan adalah serok benih, hapa panen, waskom, plastik packing, tabung oksigen. Air diturunkan dengan mencabut pipa goyang. Benih diserok sedikit demi sedikit ketika air tersisa sedalam 5 cm. Benih ditaruh dalam waskom kemudian dikumpulkan dalam hapa panen yang telah disiapkan pada bak lain. Benih yang sulit diserok atau tersisa sedikit dapat dipanen lewat lubang outlet dengan mencabut pipa outlet bagian dalam bak.
Benih kemudian dibersihkan dengan air mengalir. Packing dilakukan dengan pembagian volume air dan oksigen 1:2. Kepadatan packing dalam plastik 1 kg untuk pengiriman benih nila selama <12 jam yakni; ukuran 2-4 cm sejumlah 200 ekor, 3-5 sejumlah 150 ekor, 6-8 cm sejumlah 100 ekor.
Lampiran 1
SKEMA BAK PEMBENIHAN NILA
(Kapasitas 100.000 Ekor/Bulan)
No. Bak
|
Skema Bak
|
Skema Bak
|
No. Bak
| |
10
|
MiM
|
2m
|
MtM I
|
11
|
9
|
MiM
|
MtM II
|
12
| |
10 m
| ||||
8
|
MiM
|
MtM III
|
13
| |
7
|
BM II
|
BM I
|
14
| |
6
|
BM III
|
BM IV
|
15
| |
5
|
BH III
|
BH IV
|
16
| |
4
|
BH II
|
BH I
|
17
| |
3
|
MiH
|
MtH III
|
18
| |
2
|
MiH
|
MtH II
|
19
| |
1
|
MiH
|
MtH I
|
20
| |
keterangan
| ||||
MiM = Bak Pemijahan Nila Merah
| ||||
MtH I = Bak Pematangan Nila Hitam Minggu I (dst)
| ||||
BM I = Bak Benih Nila Merah Minggu I (dst)
| ||||
BH I = Bak Benih Nila Hitam Minggu I (dst)
| ||||
Berat Induk
|
+ 200 gr
| |||
Jumlah Induk
|
M
|
H
| ||
Jantan
|
100
|
100
| ||
Betina
|
400
|
400
| ||
Perbandingan
|
1:4
|
1:4
|
Lampiran 2.
JADWAL KERJA HARIAN
PEMBENIHAN IKAN NILA DI BAK TERKONTROL
Pkl.
|
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
Kamis
|
Jum’at
|
Sabtu
|
Minggu
|
09.00
|
T
|
PB
|
PB
|
GA
|
PB
|
PB
|
GA
|
09.30
|
Mt
|
PI
|
PI
|
PB
|
PI
|
PI
|
PB
|
10.00
|
PB
|
PI
|
PI
| ||||
10.30
|
PI
| ||||||
11.00
|
Mi
| ||||||
11.30
| |||||||
12.00
| |||||||
12.30
|
PB
|
PB
|
PB
|
PB
|
PB
|
PB
|
PB
|
13.00
|
PI
|
PI
|
PI
|
PI
|
PI
|
PI
|
PI
|
13.30
| |||||||
14.00
| |||||||
14.30
| |||||||
15.00
| |||||||
15.30
| |||||||
16.00
|
PB
| ||||||
16.30
|
PB
|
PB
|
PB
|
PB
|
PB
|
PI
|
PB
|
17.00
|
PI
|
PI
|
PI
|
PI
|
PI
|
J
|
PI
|
Keterangan :
GA = Ganti air
Mi = Pemijahan (3 bak)
Mt = Pematangan (3 bak)
PI = Pemberian pakan induk
PB = Pemberian pakan benih (4 bak)
T = Pengambilan telur/larva
J = Penjualan benih
Lampiran 3.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
KRITERIA KUALITATIF DAN KUANTITATIF BENIH NILA
Lampiran 4.
Tabel 1. Fekunditas Relatif
No.
|
Tanggal
|
Warna Induk
|
Berat Induk
|
Jumlah
|
Keterangan
| |
Telur
|
Larva
| |||||
Tabel 2. Fertilisasi Telur, HR telur, daya tetas, SR benih
No.
|
Tanggal
|
Jumlah Telur
|
Fertilisasi
|
Daya Tetas
|
Kelangsungan Hidup
|
Keterangan
|
Tabel 3. Catatan Penggunaan Pakan
No.
|
Tanggal
|
Berat
|
Jenis
|
Keterangan
| |
Tabel 4. Catatan Monitoring Kesehatan Ikan Nila
No.
|
Tanggal
|
Gejala klinis
|
Tanda-tanda fisik
|
Kekeruhan
|
Kualitas pakan
|
Keterangan
|
Tabel 5. Catatan Monitoring Kulaitas Air Ikan Nila
No.
|
Tanggal
|
Suhu
|
DO
|
pH
|
Salinitas
|
Keterangan
|
Lampiran 5.
Analisa Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila
Modal Induk
|
5.000.000
| |
Bak
|
40.000.000
| |
Blower
|
4.500.000
| |
Pompa Air
|
500.000
| |
total
|
50.000.000
| |
Pakan Induk
|
1.000.000
| |
Pakan Benih
|
1.125.000
| |
Peralatan
|
500.000
| |
Listrik
|
200.000
| |
Biaya Panen
|
1.000.000
| |
total
|
3.825.000
| |
Penjualan
|
6.000.000
| |
Laba
|
2.175.000
| |
Pengembalian modal
|
2 tahun
|